MENGAPA GERAKAN LITERASI SEKOLAH?
Mengapa? Usut punya usut ternyata nrgeri kita tercinta Indonesia sangat memprihatinkan prestasinya dalam keaksaraan alias budaya literasi. Disadari atau tidak fenomena biasa jika pemuda kita tercenung didepan smart phonenya berjam-jam fokus dengan video lucu atau video tutorial tertentu, bahkan bermain game dalam sehari penuh pun biasa. Dan langka sekali terlihat siswa terdiam didepan buku atau literatur kuno yang sarat ilmu. Perpustakaan juga menurun fungsinya sebagai penyimpan atau bahkan gudang Ilmu belaka.
Ternyata fenomena tersebut diatas yang melatar belakangi pemerintah untuk menggalakkan program literasi sekolah (GLS). Hasil penelitian dari berbagai riset menunjukkan bahwa tingkat literasi di kalangan pelajar di Indonesia sangat rendah. Hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) menyebut budaya literasi masyarakat Indonesia pada 2012 terburuk kedua didunia dari 65 negara yang diteliti.
Sementara itu hasil survei yang sama diungkapkan oleh OECD--Organization for Economic Coorporation pada tahun 2015 menyebutkan Indonesia berada pada peringkat ke 59 dari 76 negara yang di survei. Selain itu hasil kajian literasi Pusat Pengembangan dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) badan bahasa di tahun 2018 menunjukkan hal yang sama yaitu masih kurangnya kemampuan siswa Indonesia dalam mengolah informasi dan menjawab pertanyaan analisis.
Bahkan menurut UNESCO saat ini masih ada sekitar 750 juta orang dewasa dan 264 juta anak putus sekolah yang kemampuan literasi dasar--membaca, menulis dan berhitung masih minim.
Bagaimana dengan negeri kita Indonesia tercinta?
Sesuai data statistik UNESCO Indonesia berada pada urutan ke 60 dari 61 negara yang di survei, sementara Thailand berada di peringkat ke 59, satu tingkat diatas kita.
Setelah memahami alasan dicanangkannya GLS tentunya kita perlu tahu apa itu LITERASI itu. Menurut Kemendikbud (2016:2) Literasi adalah kemampuan mengakses, memahami dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis dan berbicara.
GLS sendiri merupakan kegiatan bersifat partisipatif yang melibatkan warga sekolah secara keseluruhan yaitu: siswa, guru, kepala sekolah, tenaga pendidikan, pengawas sekolah, komite, dan wali murid. dan Kegiatan ini akan berjalan dengan baik jika seluruh komponen pendukung tersebut bersinergi bersama.
GLS ini di laksanakan untuk menumbuhkan minat dan budaya membaca pada siswa. Ditjen Dikdasmen (2016:4) menyatakan bahwa kegiatan literasi dilaksanakan untuk meningkatkan ketrampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai dan budi pekerti, kearifan lokal, nasional dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan siswa
Upaya yang dilakukan disekolah adalah pembiasaan membaca pada siswa di 15 menit pertama sebelum pembelajaran. Aktivitas membaca boleh dilakukan sendiri oleh siswa yaitu membaca dalam hati atau guru membacakan suatu topik asedangkan siswa mendengarkan serta mengamati sesuai dengan konteks pembelajaran.
Memang hasilnya belum terlihat jelas dan masih butuh komitmen serta konsistensi untuk melakukannya. Selain komitmen untuk melakukan GLS--Gerakan Literasi Sekolah--orang tua juga sangat perlu berperan aktif dirumah dan linkungannya seperti mengurangi penggunaan hp dijam-jam tertyentu dan menyempatkan waktu bercengkerama demngan putra putrinya hanya sekedar ngobrol dengan topik sederhana. Karena waktu dan kesempatan siswa lebih banyak dirumah bersama orang tua. Contoh dan komitmen seluruh elemen pendukung pendidikan baik di sekolah ataupun di rumah tetap menjadi utama untuk mencapai budaya membaca pada generasi muda kita.
Dan sebagai seorang guru kita harus segera bangkit dari prestasi aksara kita yang begitu rendah tersebut karena kita adalah ujung tombak dunia pendidikan Indonesia. Momentum kemerdekaan ini semoga bisa kita jadikan awal yang baik untuk bersama-sama mengembalikan budaya dan kebutuhan membaca pada siswa-siswa kita. Aamiin 3X.
Sri Nurwati dan Xsija 1
Sri Nurwati dan Xsija 1
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusswuippp, terus budayakan literasi baca tulis, literasi digital dan literasi2 yg lainnya
BalasHapussemangat
Trimakasih
BalasHapus